MAKASSAR – Ritual adat Bugis seperti Maccera Arajang dan Buju Tompoe tidak sekadar tradisi sakral, tetapi juga memiliki relevansi dengan agenda pembangunan global.
Hal ini dibuktikan dalam disertasi Adnan Achiruddin Saleh, doktor S3 Sosiologi FISIP Universitas Hasanuddin, yang meneliti model integrasi pilar sosial berkelanjutan berbasis budaya lokal.
Sidang ujian akhir dilaksanakan pada 22 September 2025 di Aula Prof. Syukur Abdullah Lantai 3 FISIP Unhas, dengan promotor: Prof. Dr. H. Suparman Abdullah, M.Si., co-promotor Dr. Mansyur Radjab, M.Si. dan Dr. Rahmat Muhammad, M.Si., serta dewan penguji: Prof. Dr. H. Tahir Kasnawi, SU., Prof. Dr. H. Mahmud Tang, MA., Dr. Muh. Iqbal Latief, M.Si., dan penguji eksternal Dr. Iwan Nurhadi, S.Sos., M.Si.
Adnan menemukan bahwa masyarakat Ajatappareng mampu menjaga harmoni sosial-ekologis lewat adat, gotong royong, dan musyawarah. Praktik tersebut terbukti berkontribusi pada tujuan pembangunan global, termasuk kesehatan, kesejahteraan, serta kesetaraan gender.
“Temuan ini memberi pesan penting: pembangunan tidak harus menanggalkan budaya, justru bisa memperkuatnya,” ujarnya.












