SIDRAP – Siapa bilang masa depan bangsa cuma bisa ditentukan dari ruang kuliah? Di salah satu sudut ruang kelas SDN 2 Massepe, Sidenreng Rappang, seorang bocah kelas 5 bernama Muhammad Furqaan R. sedang membuktikan bahwa menjadi insinyur masa depan bisa dimulai dari sekarang. Dan bukan cuma mimpi, tapi sudah jalan.
Furqan — begitu ia disapa — bukan siswa biasa. Di usianya yang baru belasan, ia sudah punya portofolio mini berisi aneka barang elektronik hasil rakitan sendiri. Bukan cuma tempel-tempel kabel iseng, tapi benar-benar fungsional. Salah satunya bahkan bikin teman-temannya takut: alat setrum mini.
“Awalnya saya kira mainan beli di toko online,” ujar gurunya sambil tertawa mengingat insiden hari itu. “Pas saya tanya dibeli di mana, dia jawab, ‘rakit sendiri Bu.’ Saya sampai simpan alatnya dulu, takut jadi heboh di kelas.”
Ternyata, sang guru tak salah. Di balik aksi nekat bawa alat setrum itu, tersembunyi potensi besar yang tak biasa. Dari situlah Furqan mulai diarahkan untuk menciptakan hal-hal yang lebih bermanfaat dan aman buat lingkungan sekitar. Dan hasilnya? Luar biasa.

Kamera Genggam dari Drone Rusak: Inovasi yang Bikin Takjub
Salah satu inovasi Furqan yang paling menyita perhatian adalah handheld camera—kamera genggam yang ia rakit dari kamera bekas drone miliknya yang rusak. Dengan kemampuan jarak jangkau hingga 150 meter, alat ini bisa berfungsi sebagai CCTV portabel atau bahkan jadi senjata rahasia para vlogger pemula.
Bayangkan, anak kelas 5 SD, utak-atik kabel dan lensa, lalu nyambungin jadi kamera jalan! Sementara sebagian dari kita baru belajar ngecas power bank dengan benar waktu SMP.
Kamera genggam ini jadi salah satu bukti bahwa kreativitas tidak butuh laboratorium canggih. Cukup keingintahuan, barang bekas, dan… om mekanik yang sering disaksikan Furqan utak-atik motor. Benar, Furqan memang hobi bongkar-bongkar mesin sejak kecil karena sering melihat omnya yang seorang mekanik.

Dari Kehilangan Ayah ke Semangat Merakit
Furqan adalah anak pertama dari dua bersaudara. Sang ayah telah berpulang sejak Furqan duduk di kelas 2 akibat kecelakaan. Meski kehilangan sosok kepala keluarga, Furqan tidak kehilangan semangat belajar dan rasa ingin tahunya yang luar biasa.
Sang ibu, Nursamsi, S.Pd., M.Pd., adalah guru Bahasa Inggris di SMAN 5 Sidrap. Tak heran kalau Furqan bukan cuma melek teknologi, tapi juga melek bahasa dan disiplin belajar. Kombinasi mantap.
Didukung Penuh oleh Sekolah dan BAPPERIDA Sidrap
Melihat potensi yang luar biasa ini, tim riset inovasi daerah dari BAPPERIDA Sidenreng Rappang langsung turun tangan. Mereka datang ke sekolah untuk melihat langsung karya Furqan, termasuk cara kerja dari kamera genggamnya. Bukan hanya sekadar penasaran, tapi juga siap mendorong karya ini masuk dalam kategori inovasi daerah.
“Kreativitas bisa tumbuh dari hal-hal sederhana di sekitar kita,” ungkap Muhammad Ammar dari tim BAPPERIDA. “Furqan berhasil merakit berbagai alat secara otodidak, memanfaatkan barang-barang bekas. Ini bukan cuma soal teknologi, tapi juga soal semangat dan mindset.”
Mimpi Besar, Dimulai dari Sekolah Dasar
Apa yang dilakukan Furqan bukan sekadar hobi. Ini adalah inovasi anak daerah yang selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 4: Pendidikan Berkualitas dan SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur.
Di masa di mana anak seusianya sibuk dengan gawai dan game online, Furqan sibuk menyolder komponen elektronik dan membaca fungsi sensor. Dan semua itu ia lakukan dengan senyum.
Harapannya, tentu agar semangat ini tidak padam, dan menjadi inspirasi bagi anak-anak lainnya di Sidrap — bahkan Indonesia.
“Semoga semangat belajar dan berkarya Furqan terus terjaga. Kelak ia tumbuh menjadi insinyur hebat yang membanggakan Sidrap dan menginspirasi banyak generasi muda,” tutup Ammar penuh haru.












